

Short selling di pasar cryptocurrency adalah strategi perdagangan yang memungkinkan investor meraih keuntungan dari penurunan harga aset. Berbeda dengan prinsip umum perdagangan tradisional yang menekankan beli di harga rendah dan jual di harga tinggi, shorting crypto memungkinkan trader mendapatkan peluang dari kondisi pasar bearish dengan mengambil posisi melawan aset digital tertentu.
Shorting, atau short selling, adalah strategi perdagangan bernuansa bearish yang mengutamakan keuntungan dari penurunan harga aset. Mekanismenya, trader meminjam dana atau aset dari bursa untuk dijual pada harga pasar saat ini, lalu membelinya kembali di harga lebih rendah di masa depan.
Misalnya, jika seorang trader memperkirakan Ethereum akan menurun dari level saat ini, maka ia akan meminjam ETH untuk dijual di harga tinggi, lalu membelinya kembali di harga yang lebih rendah sehingga memperoleh keuntungan dari selisih harga (setelah biaya dan bunga). Strategi shorting crypto ini secara fundamental berbeda dengan strategi bullish, karena short seller justru mengharapkan harga bergerak turun, bukan naik. Istilah "bearish" mencerminkan ekspektasi negatif terhadap pasar, kebalikan dari strategi "bullish" yang menantikan kenaikan harga.
Trader crypto dapat menggunakan tiga metode utama dalam mengeksekusi strategi shorting, masing-masing dengan karakteristik dan risiko berbeda.
Perdagangan Margin merupakan metode klasik, di mana trader meminjam cryptocurrency langsung dari bursa terpusat. Dana yang dipinjam memungkinkan penjualan aset pada harga saat ini dan pembelian kembali di harga yang diharapkan lebih rendah. Contohnya, menjual BTC yang dipinjam di harga tinggi dan membelinya kembali di harga rendah akan menghasilkan profit (di luar biaya). Namun, penting untuk memperhatikan struktur biaya dan persyaratan akun pada masing-masing bursa.
Short Kontrak Futures menawarkan alternatif melalui produk derivatif yang memberikan eksposur harga tanpa harus memiliki aset secara fisik. Kontrak ini mencantumkan jumlah kripto, harga target (strike price), dan tanggal kedaluwarsa. Short seller memperoleh keuntungan jika harga aktual tetap di bawah strike price saat jatuh tempo. Inovasi terbaru seperti perpetual futures kini tersedia di berbagai platform, menghapus tanggal kedaluwarsa dan menggunakan skema biaya dinamis untuk menyeimbangkan insentif pasar.
Contracts for Difference (CFD) berfungsi mirip dengan futures, namun diperdagangkan secara over-the-counter, bukan di bursa publik. CFD menawarkan fleksibilitas negosiasi kontrak, tetapi risikonya lebih tinggi akibat pengawasan regulasi yang minim. Bahkan, beberapa yurisdiksi seperti Amerika Serikat melarang perdagangan CFD, sehingga perlu memastikan kepatuhan hukum sebelum menggunakan metode shorting ini.
Shorting crypto memberikan keunggulan strategis bagi trader dalam menghadapi volatilitas pasar. Manfaat utamanya adalah potensi memperoleh keuntungan saat pasar turun, situasi di mana posisi long justru mengalami kerugian. Dengan demikian, kondisi pasar bearish dapat dimanfaatkan sebagai peluang, bukan hambatan.
Manfaat lain yang penting adalah hedging portofolio. Trader dengan posisi cryptocurrency jangka panjang dapat membuka posisi short untuk menutupi potensi kerugian jangka pendek. Misalnya, pemilik Bitcoin dalam jumlah besar dapat melakukan shorting pada saat koreksi harga, sehingga profit jangka pendek dapat menurunkan rata-rata harga pembelian. Strategi ini membantu menjaga stabilitas portofolio di berbagai kondisi pasar.
Shorting crypto membawa risiko besar yang wajib dipahami sebelum eksekusi. Risiko utama adalah potensi kerugian tak terbatas—karena harga aset bisa naik tanpa batas, short seller dapat kehilangan lebih dari 100% modal awal. Jika harga cryptocurrency melonjak berlipat-lipat, kerugian pun meningkat secara signifikan, berbeda dengan posisi long yang risikonya terbatas pada modal awal.
Short squeeze adalah ancaman serius lainnya, terjadi saat lonjakan harga memaksa banyak short seller membeli aset secara bersamaan untuk menutup posisi. Tekanan beli masif ini dapat memicu lonjakan harga yang ekstrem, memperbesar kerugian bagi semua short seller.
Selain itu, shorting crypto menimbulkan biaya berkelanjutan seperti komisi bursa, bunga, dan biaya pemeliharaan. Biaya ini terus berjalan selama posisi terbuka, sehingga mengurangi profitabilitas bahkan jika perdagangan berhasil.
Strategi manajemen risiko sangat krusial bagi pelaku shorting crypto untuk melindungi portofolio. Stop-loss berfungsi sebagai perlindungan otomatis dengan mengeksekusi order beli di level harga yang sudah ditentukan. Contohnya, stop-loss pada short Bitcoin dapat membatasi kerugian maksimal sesuai batas yang ditetapkan.
Analisis teknikal juga penting untuk mengelola posisi, menggunakan alat seperti Bollinger Bands, moving average, dan level Fibonacci guna menentukan titik masuk dan keluar terbaik. Meski tidak menjamin hasil, metode ini membantu pengambilan keputusan berdasar pola harga historis dan tren pasar saat menjalankan strategi short crypto.
Pemantauan short interest—persentase trader yang melakukan short pada aset tertentu—membantu mengukur volatilitas pasar dan potensi short squeeze. Short interest yang tinggi biasanya menandakan volatilitas lebih besar dan risiko short squeeze meningkat, sehingga diperlukan penyesuaian strategi dan manajemen posisi yang lebih cermat.
Shorting crypto adalah strategi perdagangan tingkat lanjut yang menawarkan peluang profit di pasar bearish, namun juga membawa risiko besar. Keberhasilan membutuhkan pemahaman komprehensif tentang metode shorting seperti margin trading, futures, dan CFD, beserta kelebihan dan keterbatasannya. Karena potensi kerugian tak terbatas dan risiko short squeeze, dibutuhkan manajemen risiko ketat seperti stop-loss, analisis teknikal, dan pemantauan pasar secara intensif. Trader yang ingin menerapkan strategi shorting crypto harus benar-benar memahami aspek teknis dan regulasi di yurisdiksi masing-masing, serta menerapkan langkah pengamanan yang ketat. Meskipun shorting dapat meningkatkan fleksibilitas dan menjadi alat hedging portofolio, strategi ini paling tepat untuk trader berpengalaman dengan toleransi risiko tinggi dan disiplin eksekusi yang kuat.
Shorting crypto melibatkan peminjaman aset kripto, menjualnya pada harga pasar saat ini, lalu membelinya kembali di harga yang lebih rendah untuk meraih keuntungan dari selisih harga. Cara ini memberikan peluang profit dari penurunan harga di pasar crypto.
Orang melakukan shorting crypto untuk mengambil keuntungan saat harga turun. Mereka meminjam dan menjual aset dengan harapan bisa membelinya kembali di harga lebih murah. Ini strategi berisiko tinggi karena volatilitas market crypto.
Aturan 1% menyarankan agar risiko pada satu transaksi crypto tidak melebihi 1% dari total portofolio. Cara ini efektif melindungi investasi dari potensi kerugian besar.
Ada, terdapat ETF yang mengambil posisi short pada crypto. Contohnya BITI, SETH, SBIT, dan ETHD yang memberikan peluang profit saat harga bitcoin atau ether menurun.











