Sumber: CritpoTendencia
Judul Asli: Bagaimana Kripto Mengubah Kebijakan Moneter Abad ke-21
Tautan Asli:
Bagaimana Kripto Mengubah Kebijakan Moneter Abad ke-21
Perubahan yang senyap namun mendalam.
Kripto dan stablecoin dimulai sebagai niche teknologi.
Kini, mereka mentransformasi proses uang global. Pemerintah dan bank sentral menghadapi tantangan baru. Mereka tidak lagi memiliki kendali penuh atas penciptaan dan aliran uang.
Kebangkitan Stablecoin dan Pengaruhnya yang Semakin Besar
Stablecoin semakin diterima sebagai alat tukar dan penyimpan nilai. Menurut Bank for International Settlements (BIS), kapitalisasi globalnya melampaui ratusan miliar pada 2025.
Kebangkitan yang signifikan ini mulai bersaing dengan simpanan bank. Persaingan ini mengancam basis pendanaan perbankan tradisional.
Mengapa Stablecoin Melemahkan Kendali Moneter
Menurut BIS, stablecoin tidak memenuhi tiga syarat utama uang yang solid: keunikan, elastisitas, dan integritas. Stablecoin berfungsi sebagai instrumen privat, bukan uang yang diterbitkan bank sentral. Karena itu, mereka tidak menjamin likuiditas fleksibel saat krisis, ataupun dukungan institusional yang dapat diandalkan.
Selain itu, adopsinya dapat menggerogoti transmisi kebijakan moneter tradisional.
Contoh: banyak penabung bisa lebih memilih stablecoin daripada simpanan. Ini mengurangi basis yang digunakan bank sentral untuk mengendalikan suplai uang.
Dampak di Negara Berkembang dan Risiko bagi Kedaulatan Moneter
Laporan Moody’s Ratings memperingatkan bahwa kriptonisasi bisa menggerus kebijakan moneter di ekonomi yang rentan.
Jika masyarakat mengadopsi stablecoin atau kripto, bank sentral dapat kehilangan kendali atas nilai tukar, inflasi, dan simpanan.
Kehilangan kontrol itu mengancam stabilitas makroekonomi, terlebih di negara dengan kelemahan institusional atau regulasi lemah.
Alternatif Apa yang Dikembangkan Bank Sentral? CBDC dan Tokenisasi Institusional
Sebagai respons, banyak regulator mengusulkan mata uang digital bank sentral (CBDC).
Selain itu, BIS menyarankan sistem hibrida: uang fiat yang ditokenisasi, aset publik dan privat yang ditokenisasi, serta cadangan yang terintegrasi.
Skema tersebut bertujuan menggabungkan efisiensi, keterlacakan, dan kepercayaan institusional.
Studi terbaru mengusulkan sistem hibrida di mana stablecoin privat berdampingan dengan uang bank sentral. Arsitektur ini memungkinkan stabilitas, likuiditas, dan kontrol regulasi.
Dengan demikian, bank sentral dapat kembali memegang sebagian peran mereka, meski dengan aturan baru.
Interaksi antara Kebijakan Moneter Tradisional dan Pasar Kripto
Bukan hanya stablecoin yang memberi tekanan pada sistem moneter. Kripto yang volatil juga bereaksi terhadap perubahan kebijakan moneter tradisional.
Contohnya, ketika bank sentral menaikkan suku bunga, guncangan itu akan berdampak berbeda pada kripto dan stablecoin. Ini menciptakan dualitas: kebijakan moneter tetap berpengaruh, meski dengan daya yang lebih kecil, pada sebagian uang digital.
Apa Makna Perubahan Ini bagi Abad ke-21? Paradigma Moneter Baru
Uang tidak lagi sepenuhnya bergantung pada bank sentral.
Stablecoin dan kripto privat membuka lapisan likuiditas global paralel. Skenario baru ini menggerus kedaulatan moneter tradisional.
Untuk mempertahankan kontrol, regulator harus bereaksi. Regulasi, CBDC, dan tokenisasi institusional tampaknya menjadi strategi kunci.
Hasilnya: sistem hibrida, global, dan beragam. Sistem ini dapat menawarkan efisiensi, inklusi keuangan, dan ketahanan… jika berjalan berdampingan dengan stabilitas dan pengawasan.
Kesimpulan: Mendesaknya Adaptasi Institusional
Kripto dan stablecoin muncul sebagai kekuatan disruptif. Mereka mengubah siapa yang mengendalikan uang, bagaimana uang mengalir, dan bagaimana uang diatur.
Bank sentral harus menemukan kembali alat mereka.
Abad ke-21 menuntut kebijakan jelas, regulasi tegas, dan kerangka hibrida. Jika tidak, mereka akan kehilangan pengaruh atas likuiditas global.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Bagaimana cryptocurrency mengubah kebijakan moneter abad ke-21
Sumber: CritpoTendencia Judul Asli: Bagaimana Kripto Mengubah Kebijakan Moneter Abad ke-21 Tautan Asli:
Bagaimana Kripto Mengubah Kebijakan Moneter Abad ke-21
Perubahan yang senyap namun mendalam.
Kripto dan stablecoin dimulai sebagai niche teknologi.
Kini, mereka mentransformasi proses uang global. Pemerintah dan bank sentral menghadapi tantangan baru. Mereka tidak lagi memiliki kendali penuh atas penciptaan dan aliran uang.
Kebangkitan Stablecoin dan Pengaruhnya yang Semakin Besar
Stablecoin semakin diterima sebagai alat tukar dan penyimpan nilai. Menurut Bank for International Settlements (BIS), kapitalisasi globalnya melampaui ratusan miliar pada 2025.
Kebangkitan yang signifikan ini mulai bersaing dengan simpanan bank. Persaingan ini mengancam basis pendanaan perbankan tradisional.
Mengapa Stablecoin Melemahkan Kendali Moneter
Menurut BIS, stablecoin tidak memenuhi tiga syarat utama uang yang solid: keunikan, elastisitas, dan integritas. Stablecoin berfungsi sebagai instrumen privat, bukan uang yang diterbitkan bank sentral. Karena itu, mereka tidak menjamin likuiditas fleksibel saat krisis, ataupun dukungan institusional yang dapat diandalkan.
Selain itu, adopsinya dapat menggerogoti transmisi kebijakan moneter tradisional.
Contoh: banyak penabung bisa lebih memilih stablecoin daripada simpanan. Ini mengurangi basis yang digunakan bank sentral untuk mengendalikan suplai uang.
Dampak di Negara Berkembang dan Risiko bagi Kedaulatan Moneter
Laporan Moody’s Ratings memperingatkan bahwa kriptonisasi bisa menggerus kebijakan moneter di ekonomi yang rentan.
Jika masyarakat mengadopsi stablecoin atau kripto, bank sentral dapat kehilangan kendali atas nilai tukar, inflasi, dan simpanan.
Kehilangan kontrol itu mengancam stabilitas makroekonomi, terlebih di negara dengan kelemahan institusional atau regulasi lemah.
Alternatif Apa yang Dikembangkan Bank Sentral? CBDC dan Tokenisasi Institusional
Sebagai respons, banyak regulator mengusulkan mata uang digital bank sentral (CBDC).
Selain itu, BIS menyarankan sistem hibrida: uang fiat yang ditokenisasi, aset publik dan privat yang ditokenisasi, serta cadangan yang terintegrasi.
Skema tersebut bertujuan menggabungkan efisiensi, keterlacakan, dan kepercayaan institusional.
Studi terbaru mengusulkan sistem hibrida di mana stablecoin privat berdampingan dengan uang bank sentral. Arsitektur ini memungkinkan stabilitas, likuiditas, dan kontrol regulasi.
Dengan demikian, bank sentral dapat kembali memegang sebagian peran mereka, meski dengan aturan baru.
Interaksi antara Kebijakan Moneter Tradisional dan Pasar Kripto
Bukan hanya stablecoin yang memberi tekanan pada sistem moneter. Kripto yang volatil juga bereaksi terhadap perubahan kebijakan moneter tradisional.
Contohnya, ketika bank sentral menaikkan suku bunga, guncangan itu akan berdampak berbeda pada kripto dan stablecoin. Ini menciptakan dualitas: kebijakan moneter tetap berpengaruh, meski dengan daya yang lebih kecil, pada sebagian uang digital.
Apa Makna Perubahan Ini bagi Abad ke-21? Paradigma Moneter Baru
Uang tidak lagi sepenuhnya bergantung pada bank sentral.
Stablecoin dan kripto privat membuka lapisan likuiditas global paralel. Skenario baru ini menggerus kedaulatan moneter tradisional.
Untuk mempertahankan kontrol, regulator harus bereaksi. Regulasi, CBDC, dan tokenisasi institusional tampaknya menjadi strategi kunci.
Hasilnya: sistem hibrida, global, dan beragam. Sistem ini dapat menawarkan efisiensi, inklusi keuangan, dan ketahanan… jika berjalan berdampingan dengan stabilitas dan pengawasan.
Kesimpulan: Mendesaknya Adaptasi Institusional
Kripto dan stablecoin muncul sebagai kekuatan disruptif. Mereka mengubah siapa yang mengendalikan uang, bagaimana uang mengalir, dan bagaimana uang diatur.
Bank sentral harus menemukan kembali alat mereka.
Abad ke-21 menuntut kebijakan jelas, regulasi tegas, dan kerangka hibrida. Jika tidak, mereka akan kehilangan pengaruh atas likuiditas global.