Minggu ini, pasar minyak menghadapi dua variabel besar: pertama, ada berita dari Amerika tentang kemungkinan serangan terhadap target militer Venezuela, yang membuat WTI sempat dipump hingga 61,38 dolar, tetapi Trump segera membantah, dan harga minyak kembali turun di bawah 61; kedua, OPEC+ memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 137.000 barel/hari pada bulan Desember, tetapi akan sepenuhnya berhenti meningkatkan produksi pada Q1 tahun depan.
Dari sisi pasokan, produksi minyak Venezuela terus rebound setelah pelonggaran sanksi AS, dan diperkirakan akan kembali ke lebih dari satu juta barel/hari pada Januari mendatang. Namun, pasar minyak global sebenarnya sudah mengalami kelebihan pasokan sejak lama—Bank Dunia memprediksi bahwa pada 2026, skala kelebihan pasokan akan mencapai 165% dari puncak 2020, inilah yang menjadi penyebab utama penekanan harga minyak. OPEC+ menekan tombol jeda jelas bertujuan untuk menopang harga minyak, mencegah terjadinya krisis pasokan tahun depan.
Permintaan menunjukkan potensi. Tanda-tanda meredanya perdagangan antara AS dan China muncul, Trump masih berusaha untuk menurunkan tarif fentanyl. Namun, gencatan senjata ini lebih bersifat sementara, perbedaan mendasar seperti larangan chip AI belum terpecahkan. Bahaya pasar saham AS yang melonjak ini terletak pada kemungkinan perubahan ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve—para pejabat menunjukkan sikap yang bimbang terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga lagi pada bulan Desember, dan begitu saham teknologi berhenti naik, harga minyak juga akan tertekan.
Secara teknis, WTI berulang kali berada di kisaran 60-62,5 dolar, kunci untuk melihat apakah dapat bertahan di 62,5. Jika berhasil menembus, kemungkinan akan menantang 65-70 dolar, namun jika jatuh di bawah 60, perlu waspada terhadap penyesuaian lebih lanjut. Secara keseluruhan, penangguhan peningkatan produksi dari sisi pasokan dan risiko geopolitik memberikan bantalan pada pasokan harga minyak, tetapi permintaan global yang lemah adalah tekanan jangka panjang.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Minyak mentah terjebak dalam posisi long dan short, OPEC+ menekan tombol jeda untuk Q1 tahun depan.
Minggu ini, pasar minyak menghadapi dua variabel besar: pertama, ada berita dari Amerika tentang kemungkinan serangan terhadap target militer Venezuela, yang membuat WTI sempat dipump hingga 61,38 dolar, tetapi Trump segera membantah, dan harga minyak kembali turun di bawah 61; kedua, OPEC+ memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 137.000 barel/hari pada bulan Desember, tetapi akan sepenuhnya berhenti meningkatkan produksi pada Q1 tahun depan.
Dari sisi pasokan, produksi minyak Venezuela terus rebound setelah pelonggaran sanksi AS, dan diperkirakan akan kembali ke lebih dari satu juta barel/hari pada Januari mendatang. Namun, pasar minyak global sebenarnya sudah mengalami kelebihan pasokan sejak lama—Bank Dunia memprediksi bahwa pada 2026, skala kelebihan pasokan akan mencapai 165% dari puncak 2020, inilah yang menjadi penyebab utama penekanan harga minyak. OPEC+ menekan tombol jeda jelas bertujuan untuk menopang harga minyak, mencegah terjadinya krisis pasokan tahun depan.
Permintaan menunjukkan potensi. Tanda-tanda meredanya perdagangan antara AS dan China muncul, Trump masih berusaha untuk menurunkan tarif fentanyl. Namun, gencatan senjata ini lebih bersifat sementara, perbedaan mendasar seperti larangan chip AI belum terpecahkan. Bahaya pasar saham AS yang melonjak ini terletak pada kemungkinan perubahan ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve—para pejabat menunjukkan sikap yang bimbang terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga lagi pada bulan Desember, dan begitu saham teknologi berhenti naik, harga minyak juga akan tertekan.
Secara teknis, WTI berulang kali berada di kisaran 60-62,5 dolar, kunci untuk melihat apakah dapat bertahan di 62,5. Jika berhasil menembus, kemungkinan akan menantang 65-70 dolar, namun jika jatuh di bawah 60, perlu waspada terhadap penyesuaian lebih lanjut. Secara keseluruhan, penangguhan peningkatan produksi dari sisi pasokan dan risiko geopolitik memberikan bantalan pada pasokan harga minyak, tetapi permintaan global yang lemah adalah tekanan jangka panjang.