Pada bulan Juni 2025, pasar keuangan global sedang mengalami perubahan sejarah. Kebijakan tarif pemerintah AS yang kacau dan keputusan yang tidak konsisten sedang mendorong dolar ke posisi yang berbahaya.
Data keuangan menunjukkan bahwa indeks dolar telah anjlok dari 109 di awal tahun menjadi 99 pada awal Juni, mencatat penurunan terburuk dalam empat puluh tahun. Krisis dolar yang berasal dari ketidakpastian tarif ini sedang membentuk kembali pola distribusi kekayaan global.
Dilema yang dihadapi dolar AS berasal dari dua faktor utama: di satu sisi, ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve terus meningkat, yang secara langsung melemahkan daya tarik pasar dolar. Pasar secara umum memperkirakan bahwa suku bunga akan diturunkan sebesar 50 basis poin dalam tahun ini, sementara analis Morgan Stanley bahkan memperkirakan bahwa penurunan kumulatif dalam 12 bulan ke depan bisa mencapai 175 basis poin, yang berarti bahwa kelebihan likuiditas dolar akan menjadi kenyataan. Di sisi lain, perang tarif yang dimulai pada 2 April menyebabkan penurunan signifikan dalam impor AS, rantai pasokan mengalami pukulan berat, dan indeks layanan ISM pada bulan Mei turun menjadi 49,9, di bawah garis batas, dengan risiko stagflasi meningkat secara signifikan. Dana Moneter Internasional telah memperingatkan bahwa jika kebijakan tarif saat ini dipertahankan, pertumbuhan PDB AS pada tahun 2025 bisa turun menjadi 1,8%.
Pasar keuangan tahun 2025 mengalami fenomena "tiga pembunuhan" yang langka—pasar saham AS, obligasi AS, dan dolar AS jatuh secara bersamaan, yang mengungkapkan kelemahan sistem keuangan AS. Moody's telah menurunkan peringkat kredit sovereign AS, dengan beban utang sebesar 36,2 triliun dolar AS memaksa investor untuk melepaskan aset dolar. Laporan analisis UBS menunjukkan bahwa klien dengan kekayaan tinggi sedang membeli secara besar-besaran emas, bitcoin, dan aset yuan sebagai lindung nilai, yang menyebabkan harga emas melonjak hingga 3300 dolar AS/ons, sementara harga bitcoin menembus angka 110.000 dolar AS.
Sementara itu, euro secara bertahap menggantikan dolar AS sebagai mata uang safe haven yang baru, berkat sikap hawkish dari Bank Sentral Eropa dan strategi kedaulatan digital, dengan nilai tukar terhadap dolar AS mencapai puncak tertinggi dalam tujuh minggu. Pasar mata uang Asia juga menunjukkan performa yang aktif, di mana won Korea dan dolar Taiwan mengalami apresiasi lebih dari 4% dalam satu bulan.
Tanda-tanda ini bersama-sama menunjukkan bahwa sistem keuangan global sedang mengalami perubahan mendalam, di mana dominasi dolar yang telah ada selama bertahun-tahun menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Konten ini hanya untuk referensi, bukan ajakan atau tawaran. Tidak ada nasihat investasi, pajak, atau hukum yang diberikan. Lihat Penafian untuk pengungkapan risiko lebih lanjut.
Pada bulan Juni 2025, pasar keuangan global sedang mengalami perubahan sejarah. Kebijakan tarif pemerintah AS yang kacau dan keputusan yang tidak konsisten sedang mendorong dolar ke posisi yang berbahaya.
Data keuangan menunjukkan bahwa indeks dolar telah anjlok dari 109 di awal tahun menjadi 99 pada awal Juni, mencatat penurunan terburuk dalam empat puluh tahun. Krisis dolar yang berasal dari ketidakpastian tarif ini sedang membentuk kembali pola distribusi kekayaan global.
Dilema yang dihadapi dolar AS berasal dari dua faktor utama: di satu sisi, ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve terus meningkat, yang secara langsung melemahkan daya tarik pasar dolar. Pasar secara umum memperkirakan bahwa suku bunga akan diturunkan sebesar 50 basis poin dalam tahun ini, sementara analis Morgan Stanley bahkan memperkirakan bahwa penurunan kumulatif dalam 12 bulan ke depan bisa mencapai 175 basis poin, yang berarti bahwa kelebihan likuiditas dolar akan menjadi kenyataan. Di sisi lain, perang tarif yang dimulai pada 2 April menyebabkan penurunan signifikan dalam impor AS, rantai pasokan mengalami pukulan berat, dan indeks layanan ISM pada bulan Mei turun menjadi 49,9, di bawah garis batas, dengan risiko stagflasi meningkat secara signifikan. Dana Moneter Internasional telah memperingatkan bahwa jika kebijakan tarif saat ini dipertahankan, pertumbuhan PDB AS pada tahun 2025 bisa turun menjadi 1,8%.
Pasar keuangan tahun 2025 mengalami fenomena "tiga pembunuhan" yang langka—pasar saham AS, obligasi AS, dan dolar AS jatuh secara bersamaan, yang mengungkapkan kelemahan sistem keuangan AS. Moody's telah menurunkan peringkat kredit sovereign AS, dengan beban utang sebesar 36,2 triliun dolar AS memaksa investor untuk melepaskan aset dolar. Laporan analisis UBS menunjukkan bahwa klien dengan kekayaan tinggi sedang membeli secara besar-besaran emas, bitcoin, dan aset yuan sebagai lindung nilai, yang menyebabkan harga emas melonjak hingga 3300 dolar AS/ons, sementara harga bitcoin menembus angka 110.000 dolar AS.
Sementara itu, euro secara bertahap menggantikan dolar AS sebagai mata uang safe haven yang baru, berkat sikap hawkish dari Bank Sentral Eropa dan strategi kedaulatan digital, dengan nilai tukar terhadap dolar AS mencapai puncak tertinggi dalam tujuh minggu. Pasar mata uang Asia juga menunjukkan performa yang aktif, di mana won Korea dan dolar Taiwan mengalami apresiasi lebih dari 4% dalam satu bulan.
Tanda-tanda ini bersama-sama menunjukkan bahwa sistem keuangan global sedang mengalami perubahan mendalam, di mana dominasi dolar yang telah ada selama bertahun-tahun menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.