
Dalam ekonomi moneter, M2 adalah salah satu indikator Pasokan Uang yang paling diperhatikan. Ini tidak hanya menggambarkan total jumlah uang yang beredar tetapi juga mencerminkan tingkat aktivitas dana dalam suatu ekonomi, berfungsi sebagai petunjuk kunci untuk memahami operasi ekonomi dan perubahan harga aset.
M2 mewakili "Pasokan Uang", yang biasanya terdiri dari komponen-komponen berikut:
Dibandingkan dengan M1 (uang sempit), M2 memiliki cakupan yang lebih luas dan dapat lebih akurat menggambarkan likuiditas secara keseluruhan. Oleh karena itu, ekonom, investor, dan institusi biasanya menggunakan M2 sebagai indikator penting untuk menilai apakah dana melimpah.
Teori ekonomi klasik menunjukkan bahwa ketika Pasokan Uang (M2) tumbuh jauh lebih cepat daripada output ekonomi, Inflasi sering terjadi.
Alasannya sederhana:
Oleh karena itu, mengamati perubahan dalam M2 dapat memberikan indikasi awal tekanan inflasi.
Sebagai contoh: Ketika M2 terus meningkat dan Bunga rendah, Inflasi cenderung muncul beberapa bulan kemudian.
Hubungan antara Bunga dan M2 sangat dekat.
Biaya pinjaman yang lebih rendah membuat rumah tangga dan bisnis lebih bersedia untuk meminjam dan berinvestasi.
Biaya dana meningkat, konsumsi dan investasi menurun, dan likuiditas uang menurun.
Oleh karena itu, bank sentral akan mempengaruhi laju pertumbuhan M2 dengan menyesuaikan Bunga, sehingga mengatur ekonomi.
1. Ketika Pasokan Uang (M2) meningkat
Pelemahan likuiditas → Dana mengalir ke aset hasil tinggi
2. Ketika Pasokan Uang (M2) melambat atau menyusut
Pengetatan Likuiditas → Pasar Condong ke Aversi Risiko
Oleh karena itu, M2 adalah indikator kunci untuk mengamati "kekuatan pasokan uang."
Investor dapat mendekati dari perspektif berikut:
Dengan bantuan M2, investor dapat memperoleh wawasan awal tentang perubahan dalam sentimen pasar dan kondisi makroekonomi.











