Para pekerja memilih untuk menyebut diri mereka sebagai "sapi dan kuda" bukan sebagai kapibara, kucing kecil, atau anjing kecil, ini terutama berasal dari alasan budaya sosial, metafora bahasa, dan psikologi kelompok yang lebih dalam:
---
Perbedaan inti dari makna simbolis 1. Sapi dan kuda: pemetaan langsung dari atribut alat kerja Sapi dan kuda sebagai tenaga kerja inti dalam masyarakat pertanian tradisional, secara alami melambangkan metafora 'dipaksa', 'kerja keras intensif', dan 'rendahnya otonomi'. Hal ini sangat mirip dengan situasi kerja pekerja pada era kontemporer - pekerjaan berulang, dikuasai oleh modal, dan kekurangan ruang untuk kemajuan. Sebagai contoh, pekerja pabrik sering diibaratkan bekerja secara mekanis seperti 'sapi', sementara penjualan atau personel proyek bekerja tanpa henti seperti 'kuda'.
2. Kapibara: simbol pelepasan emosi yang stabil Popularitas kapibara (berang-berang air) berasal dari label 'Buddha' dan 'emosi stabil'nya, lebih banyak digunakan oleh orang muda untuk meredakan tekanan, bukan secara langsung mencerminkan status kerja. Citranya cenderung menerima realitas secara pasif, bukan secara aktif mengkritik hubungan kerja.
3. Kucing/Kucing kecil: simbol melelehkan emosi Kucing dan anjing sebagai perwakilan hewan peliharaan mewakili gambaran dihargai dan dirawat, bertentangan dengan pemahaman kelompok pekerja yang 'dieksploitasi' dan 'dinstrumentalkan'. Sebutan semacam ini lebih cocok untuk mengekspresikan hubungan intim atau kebutuhan emosional, bukan resonansi kolektif dalam kesulitan di tempat kerja.
---
Kontinuitas Sejarah dan Budaya 1. Simbol sejarah pekerja dasar Kata "sapi dan kuda" sudah digunakan sejak era Republik China untuk menggambarkan buruh kelas bawah, seperti metafora "sapi dan kuda zaman kejayaan, kuda zaman kekacauan" dalam karya Lu Xun. Kekuatan historis ini memperkuat identitasnya sebagai simbol kelas, sementara simbol-simbol jaringan baru seperti Kapibara kurang memiliki dasar budaya serupa.
2. Perubahan diri yang mengolok-olok tradisional Dari 'karyawan' menjadi 'sapi dan kuda', olokan diri pekerja selalu berkisar pada 'penyulitan kerja non-manusia'. Sifat hewan sapi dan kuda lebih dekat dengan sifat alat (seperti membajak ladang, menarik kereta), sementara kapibara sebagai hewan peliharaan eksotis, lebih mewakili keingintahuan dan pelampiasan diri kaum muda perkotaan.
---
Tiga, kebutuhan psikologis dan ekspresi kelompok 1. Perlawanan humor hitam Pernyataan "sapi kuda" memiliki nuansa ironi yang kuat, mengakui realitas alienasi, namun juga mengurangi rasa tidak berdaya melalui lelucon. Misalnya, pekerja menggunakan "sapi kuda" untuk bercanda tentang lembur dan gaji rendah, menyiratkan keraguan terhadap nilai kerja. Sementara gambaran kapibara terlalu lembut, sulit untuk menyampaikan ekspresi tajam seperti ini.
2. Kekuatan Identitas Diri '牛马' telah menjadi label identitas kolektif, membentuk resonansi kelompok melalui simbol bersama. Misalnya, meme internet '牛马东升西落,拉垮至死不渝' mengangkat kisah pribadi menjadi narasi kelompok. Sebaliknya, kapibara lebih merupakan bentuk ungkapan emosi individu, kurang memiliki sifat publik kritik kelas.
---
Kesesuaian Penyebaran Bahasa 1. Gabungan dialek dan meme internet '牛马' berasal dari dialek Timur Laut (awalnya merujuk kepada 'orang yang suka bual tapi tidak kompeten'), setelah tersebar melalui internet, maknanya menjadi lebih umum dan lebih mudah diterima oleh pekerja dari berbagai wilayah dan industri. Sementara itu, '卡皮巴拉' sebagai kata transliterasi memiliki ambang batas penyebaran yang lebih tinggi, dan hubungannya dengan situasi kerja lebih lemah.
2. Kesederhanaan dan Dampak Kata-kata "sapi" dan "kuda" singkat namun kuat, sesuai dengan kebiasaan ekspresi fragmen zaman internet, sementara panggilan seperti "capibara" dan "kucing kecil" melemahkan kekuatan kritik karena suku kata yang kompleks atau sifat yang menggemaskan.
---
Ringkasan 'Sapi dan kuda' telah menjadi proyeksi tepat dari kesulitan yang dihadapi oleh para pekerja karena atribut alat, metafora sejarah, dan ekspresi perlawanan; sementara gambar seperti kapibara dan kucing kecil sulit untuk menggantikan peran ini karena perbedaan simbol budaya dan kurangnya daya ungkap. Pada dasarnya, pilihan ini mencerminkan kesadaran yang jelas dari pekerja terhadap alienasi kerja, serta psikologi kolektif yang mencari rasa empati melalui olok-olok diri.'
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Para pekerja memilih untuk menyebut diri mereka sebagai "sapi dan kuda" bukan sebagai kapibara, kucing kecil, atau anjing kecil, ini terutama berasal dari alasan budaya sosial, metafora bahasa, dan psikologi kelompok yang lebih dalam:
---
Perbedaan inti dari makna simbolis
1. Sapi dan kuda: pemetaan langsung dari atribut alat kerja
Sapi dan kuda sebagai tenaga kerja inti dalam masyarakat pertanian tradisional, secara alami melambangkan metafora 'dipaksa', 'kerja keras intensif', dan 'rendahnya otonomi'. Hal ini sangat mirip dengan situasi kerja pekerja pada era kontemporer - pekerjaan berulang, dikuasai oleh modal, dan kekurangan ruang untuk kemajuan. Sebagai contoh, pekerja pabrik sering diibaratkan bekerja secara mekanis seperti 'sapi', sementara penjualan atau personel proyek bekerja tanpa henti seperti 'kuda'.
2. Kapibara: simbol pelepasan emosi yang stabil
Popularitas kapibara (berang-berang air) berasal dari label 'Buddha' dan 'emosi stabil'nya, lebih banyak digunakan oleh orang muda untuk meredakan tekanan, bukan secara langsung mencerminkan status kerja. Citranya cenderung menerima realitas secara pasif, bukan secara aktif mengkritik hubungan kerja.
3. Kucing/Kucing kecil: simbol melelehkan emosi
Kucing dan anjing sebagai perwakilan hewan peliharaan mewakili gambaran dihargai dan dirawat, bertentangan dengan pemahaman kelompok pekerja yang 'dieksploitasi' dan 'dinstrumentalkan'. Sebutan semacam ini lebih cocok untuk mengekspresikan hubungan intim atau kebutuhan emosional, bukan resonansi kolektif dalam kesulitan di tempat kerja.
---
Kontinuitas Sejarah dan Budaya
1. Simbol sejarah pekerja dasar
Kata "sapi dan kuda" sudah digunakan sejak era Republik China untuk menggambarkan buruh kelas bawah, seperti metafora "sapi dan kuda zaman kejayaan, kuda zaman kekacauan" dalam karya Lu Xun. Kekuatan historis ini memperkuat identitasnya sebagai simbol kelas, sementara simbol-simbol jaringan baru seperti Kapibara kurang memiliki dasar budaya serupa.
2. Perubahan diri yang mengolok-olok tradisional
Dari 'karyawan' menjadi 'sapi dan kuda', olokan diri pekerja selalu berkisar pada 'penyulitan kerja non-manusia'. Sifat hewan sapi dan kuda lebih dekat dengan sifat alat (seperti membajak ladang, menarik kereta), sementara kapibara sebagai hewan peliharaan eksotis, lebih mewakili keingintahuan dan pelampiasan diri kaum muda perkotaan.
---
Tiga, kebutuhan psikologis dan ekspresi kelompok
1. Perlawanan humor hitam
Pernyataan "sapi kuda" memiliki nuansa ironi yang kuat, mengakui realitas alienasi, namun juga mengurangi rasa tidak berdaya melalui lelucon. Misalnya, pekerja menggunakan "sapi kuda" untuk bercanda tentang lembur dan gaji rendah, menyiratkan keraguan terhadap nilai kerja. Sementara gambaran kapibara terlalu lembut, sulit untuk menyampaikan ekspresi tajam seperti ini.
2. Kekuatan Identitas Diri
'牛马' telah menjadi label identitas kolektif, membentuk resonansi kelompok melalui simbol bersama. Misalnya, meme internet '牛马东升西落,拉垮至死不渝' mengangkat kisah pribadi menjadi narasi kelompok. Sebaliknya, kapibara lebih merupakan bentuk ungkapan emosi individu, kurang memiliki sifat publik kritik kelas.
---
Kesesuaian Penyebaran Bahasa
1. Gabungan dialek dan meme internet
'牛马' berasal dari dialek Timur Laut (awalnya merujuk kepada 'orang yang suka bual tapi tidak kompeten'), setelah tersebar melalui internet, maknanya menjadi lebih umum dan lebih mudah diterima oleh pekerja dari berbagai wilayah dan industri. Sementara itu, '卡皮巴拉' sebagai kata transliterasi memiliki ambang batas penyebaran yang lebih tinggi, dan hubungannya dengan situasi kerja lebih lemah.
2. Kesederhanaan dan Dampak
Kata-kata "sapi" dan "kuda" singkat namun kuat, sesuai dengan kebiasaan ekspresi fragmen zaman internet, sementara panggilan seperti "capibara" dan "kucing kecil" melemahkan kekuatan kritik karena suku kata yang kompleks atau sifat yang menggemaskan.
---
Ringkasan
'Sapi dan kuda' telah menjadi proyeksi tepat dari kesulitan yang dihadapi oleh para pekerja karena atribut alat, metafora sejarah, dan ekspresi perlawanan; sementara gambar seperti kapibara dan kucing kecil sulit untuk menggantikan peran ini karena perbedaan simbol budaya dan kurangnya daya ungkap. Pada dasarnya, pilihan ini mencerminkan kesadaran yang jelas dari pekerja terhadap alienasi kerja, serta psikologi kolektif yang mencari rasa empati melalui olok-olok diri.'