#美联储货币政策 Mengingat kebijakan moneter The Federal Reserve (FED) selama lebih dari satu dekade yang lalu, saya tidak bisa tidak merasakan betapa miripnya sejarah. Setelah krisis keuangan 2008, The Federal Reserve (FED) melakukan pelonggaran kuantitatif secara besar-besaran, yang menyebabkan gelembung aset dan tekanan inflasi. Kini kita kembali berada di persimpangan yang serupa.
Survei terbaru Reuters menunjukkan bahwa para analis memperkirakan bahwa imbal hasil obligasi AS jangka panjang akan tetap tinggi, disebabkan oleh inflasi yang keras kepala dan tekanan utang. Ini mengingatkan saya pada "ketakutan pengurangan" tahun 2013, ketika pasar bereaksi keras terhadap keluarnya The Federal Reserve (FED) dari kebijakan pelonggaran.
Saat ini pasar mengharapkan penurunan suku bunga sebanyak 5 kali pada tahun 2026, tetapi dalam situasi ekonomi yang kuat dan inflasi yang tinggi, harapan ini mungkin terlalu optimis. Pelonggaran yang terlalu cepat dapat memicu kembali inflasi dan meningkatkan imbal hasil, ini adalah pelajaran dari tahun 70-an.
Dari sejarah, The Federal Reserve (FED) sering kali melakukan kesalahan dalam waktu penurunan suku bunga. Baik terlalu awal maupun terlalu terlambat, dapat membawa konsekuensi yang serius. Tantangan saat ini adalah mencari titik keseimbangan antara inflasi, pertumbuhan, dan stabilitas keuangan.
Bagi investor, kuncinya adalah tetap berhati-hati. Jangan terpengaruh oleh emosi pasar jangka pendek, tetapi fokuslah pada dasar-dasar ekonomi jangka panjang. Sejarah mengajarkan kita bahwa perubahan kebijakan sering kali disertai dengan volatilitas yang tinggi, sehingga perlu melakukan manajemen risiko yang baik.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
#美联储货币政策 Mengingat kebijakan moneter The Federal Reserve (FED) selama lebih dari satu dekade yang lalu, saya tidak bisa tidak merasakan betapa miripnya sejarah. Setelah krisis keuangan 2008, The Federal Reserve (FED) melakukan pelonggaran kuantitatif secara besar-besaran, yang menyebabkan gelembung aset dan tekanan inflasi. Kini kita kembali berada di persimpangan yang serupa.
Survei terbaru Reuters menunjukkan bahwa para analis memperkirakan bahwa imbal hasil obligasi AS jangka panjang akan tetap tinggi, disebabkan oleh inflasi yang keras kepala dan tekanan utang. Ini mengingatkan saya pada "ketakutan pengurangan" tahun 2013, ketika pasar bereaksi keras terhadap keluarnya The Federal Reserve (FED) dari kebijakan pelonggaran.
Saat ini pasar mengharapkan penurunan suku bunga sebanyak 5 kali pada tahun 2026, tetapi dalam situasi ekonomi yang kuat dan inflasi yang tinggi, harapan ini mungkin terlalu optimis. Pelonggaran yang terlalu cepat dapat memicu kembali inflasi dan meningkatkan imbal hasil, ini adalah pelajaran dari tahun 70-an.
Dari sejarah, The Federal Reserve (FED) sering kali melakukan kesalahan dalam waktu penurunan suku bunga. Baik terlalu awal maupun terlalu terlambat, dapat membawa konsekuensi yang serius. Tantangan saat ini adalah mencari titik keseimbangan antara inflasi, pertumbuhan, dan stabilitas keuangan.
Bagi investor, kuncinya adalah tetap berhati-hati. Jangan terpengaruh oleh emosi pasar jangka pendek, tetapi fokuslah pada dasar-dasar ekonomi jangka panjang. Sejarah mengajarkan kita bahwa perubahan kebijakan sering kali disertai dengan volatilitas yang tinggi, sehingga perlu melakukan manajemen risiko yang baik.