Pemerintah Amerika Serikat secara resmi terjebak dalam keadaan tutup karena kebuntuan anggaran, dan peristiwa ini menjadi fokus pasar keuangan global. Para pejabat The Federal Reserve (FED) tetap waspada terhadap masalah inflasi, menyatakan bahwa perlu mempertimbangkan dengan hati-hati waktu dan besaran pemotongan suku bunga. Collins menekankan bahwa pemotongan suku bunga yang terlalu cepat dapat memperburuk risiko inflasi. Goolsbee memperingatkan bahwa pemotongan suku bunga tidak seharusnya dilakukan secara terburu-buru berdasarkan ekspektasi inflasi yang bersifat sementara. Logan menyatakan bahwa ruang untuk pemotongan suku bunga masih tidak jelas dan perlu menjaga sikap hati-hati.
Sementara itu, Wakil Presiden Bank Sentral Eropa, De Guindos, berpendapat bahwa tingkat suku bunga saat ini adalah tepat, dan keputusan di masa depan akan ditentukan berdasarkan diskusi dalam rapat. Anggota dewan kebijakan moneter Bank Inggris, Mann, menunjukkan bahwa risiko inflasi tinggi yang berkepanjangan semakin meningkat, tetapi saat ini mempertahankan suku bunga tidak berubah adalah tepat.
Di Asia, survei Bank Sentral Jepang menunjukkan bahwa perusahaan memperkirakan rata-rata nilai tukar dolar AS terhadap yen dan euro terhadap yen untuk tahun fiskal 2025/26 masing-masing adalah 145,68 dan 160,65. Menteri Pemulihan Ekonomi Jepang, Akizawa Ryoji, menyatakan bahwa akan melakukan investasi sebesar 550 miliar dolar AS ke Amerika Serikat tanpa mempengaruhi nilai tukar. Kedua negara, Korea dan AS, mengeluarkan pernyataan bersama, berkomitmen untuk tidak menggunakan langkah-langkah makroprudensial dan kebijakan arus modal sebagai alat pengendalian nilai tukar.
Perlu dicatat bahwa Bank for International Settlements melaporkan bahwa volume perdagangan valuta asing global mencapai rekor baru sebesar 96 triliun dolar AS per hari. Pemerintah Argentina menjual dolar di pasar valuta asing untuk mengatasi depresiasi peso. Bank sentral Filipina memperkirakan cadangan devisa akan mencapai 105 miliar dolar AS pada akhir 2025. Gubernur baru Bank of Thailand berjanji untuk menjaga stabilitas ekonomi dan independensi bank sentral. Bank sentral India mempertahankan suku bunga tidak berubah dan tetap optimis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi.
Peristiwa-peristiwa ini mencerminkan kompleksitas pasar keuangan global dan berbagai strategi bank sentral di berbagai negara dalam menghadapi tantangan ekonomi. Para pembuat kebijakan mencari keseimbangan antara tekanan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nilai tukar, sementara para pelaku pasar memperhatikan perkembangan ini dengan cermat untuk menyesuaikan strategi investasi mereka.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
12 Suka
Hadiah
12
6
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
ImpermanentTherapist
· 3jam yang lalu
Aset menyusut lagi sehari
Lihat AsliBalas0
VitalikFanboy42
· 10-01 15:51
Sekali lagi melihat pertunjukan penutupan pemerintah, benar-benar payah.
Lihat AsliBalas0
BearMarketSurvivor
· 10-01 15:44
Asap pertempuran mulai muncul, artileri dari berbagai negara telah disesuaikan di garis depan.
Lihat AsliBalas0
GamefiEscapeArtist
· 10-01 15:43
Cepat katakan tutup, kesempatan buy the dip di dunia kripto telah datang.
Pemerintah Amerika Serikat secara resmi terjebak dalam keadaan tutup karena kebuntuan anggaran, dan peristiwa ini menjadi fokus pasar keuangan global. Para pejabat The Federal Reserve (FED) tetap waspada terhadap masalah inflasi, menyatakan bahwa perlu mempertimbangkan dengan hati-hati waktu dan besaran pemotongan suku bunga. Collins menekankan bahwa pemotongan suku bunga yang terlalu cepat dapat memperburuk risiko inflasi. Goolsbee memperingatkan bahwa pemotongan suku bunga tidak seharusnya dilakukan secara terburu-buru berdasarkan ekspektasi inflasi yang bersifat sementara. Logan menyatakan bahwa ruang untuk pemotongan suku bunga masih tidak jelas dan perlu menjaga sikap hati-hati.
Sementara itu, Wakil Presiden Bank Sentral Eropa, De Guindos, berpendapat bahwa tingkat suku bunga saat ini adalah tepat, dan keputusan di masa depan akan ditentukan berdasarkan diskusi dalam rapat. Anggota dewan kebijakan moneter Bank Inggris, Mann, menunjukkan bahwa risiko inflasi tinggi yang berkepanjangan semakin meningkat, tetapi saat ini mempertahankan suku bunga tidak berubah adalah tepat.
Di Asia, survei Bank Sentral Jepang menunjukkan bahwa perusahaan memperkirakan rata-rata nilai tukar dolar AS terhadap yen dan euro terhadap yen untuk tahun fiskal 2025/26 masing-masing adalah 145,68 dan 160,65. Menteri Pemulihan Ekonomi Jepang, Akizawa Ryoji, menyatakan bahwa akan melakukan investasi sebesar 550 miliar dolar AS ke Amerika Serikat tanpa mempengaruhi nilai tukar. Kedua negara, Korea dan AS, mengeluarkan pernyataan bersama, berkomitmen untuk tidak menggunakan langkah-langkah makroprudensial dan kebijakan arus modal sebagai alat pengendalian nilai tukar.
Perlu dicatat bahwa Bank for International Settlements melaporkan bahwa volume perdagangan valuta asing global mencapai rekor baru sebesar 96 triliun dolar AS per hari. Pemerintah Argentina menjual dolar di pasar valuta asing untuk mengatasi depresiasi peso. Bank sentral Filipina memperkirakan cadangan devisa akan mencapai 105 miliar dolar AS pada akhir 2025. Gubernur baru Bank of Thailand berjanji untuk menjaga stabilitas ekonomi dan independensi bank sentral. Bank sentral India mempertahankan suku bunga tidak berubah dan tetap optimis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi.
Peristiwa-peristiwa ini mencerminkan kompleksitas pasar keuangan global dan berbagai strategi bank sentral di berbagai negara dalam menghadapi tantangan ekonomi. Para pembuat kebijakan mencari keseimbangan antara tekanan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nilai tukar, sementara para pelaku pasar memperhatikan perkembangan ini dengan cermat untuk menyesuaikan strategi investasi mereka.