Status regulasi Aset Kripto global: separuh negara masih bersikap hati-hati

Data dari bulan September 2025 menunjukkan bahwa sekitar 50 negara dan wilayah di seluruh dunia memberlakukan berbagai jenis pembatasan terhadap Aset Kripto. Sangat ketat. Di antara sembilan tempat yang benar-benar mengatakan "tidak" — melarang sepenuhnya produksi, kepemilikan, perdagangan, dan penggunaan. Aljazair, Bangladesh, China, Mesir, Irak, Maroko, Nepal, Qatar, dan Tunisia, negara-negara ini memiliki sikap yang tegas.

Selain itu, ada lebih dari 40 yang menerapkan larangan terselubung. Bagaimana mereka melakukannya? Melarang lembaga keuangan untuk terlibat dalam bisnis ini, tidak mengizinkan platform perdagangan untuk beroperasi di negara mereka. Kazakhstan, Tanzania, Kamerun, Turki, Lebanon... daftarnya tidak pendek.

Yordania mengambil jalur yang berbeda, tampaknya agak mengejutkan. Pada tahun 2025, mereka mengesahkan Undang-Undang Nomor 14, yang memberikan batasan hukum yang jelas untuk Aset Kripto. Sekarang orang Yordania dapat secara sah membeli, memiliki, dan memperdagangkan koin digital ini. Hukum mengatakan dengan jelas, aset virtual dapat digunakan untuk pembayaran, investasi, dan banyak hal lainnya. Dari waspada menjadi menerima, perubahan sikap Yordania cukup jelas.

Jadi mengapa begitu banyak negara ingin melarangnya? Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Masalah stabilitas keuangan, kekhawatiran tentang kedaulatan mata uang, tantangan pengendalian modal, serta risiko pencucian uang dan kebutuhan untuk memerangi terorisme. Beberapa negara mungkin merasa bahwa hal ini akan mengancam mata uang fiat mereka, atau menyebabkan beberapa masalah sosial dan pemborosan sumber daya. Ada alasan mengapa pengaturannya ketat.