Dengan penerapan teknologi kecerdasan buatan yang luas di perusahaan, para ahli keamanan siber semakin khawatir tentang risiko potensial yang mungkin ditimbulkan oleh integrasi AI. Seorang ahli keamanan siber terkemuka baru-baru ini memberikan peringatan, menunjukkan bahwa pengenalan AI secara tidak langsung memperluas Attack Surface perusahaan, terutama ada risiko dalam identifikasi.
Baru-baru ini, beberapa insiden kebocoran data yang mencolok menyoroti seriusnya masalah ini. Misalnya, beberapa perusahaan mengalami kebocoran token yang menyebabkan aliran data sensitif, dan masih ada kasus di mana penyerang menggunakan alat AI untuk mencuri kredensial pengembang. Yang lebih mengkhawatirkan adalah, meskipun tingkat adopsi AI saat ini relatif rendah, setiap minggu ada penyerang yang memanfaatkan teknologi berbasis prompt dan agen AI untuk melakukan infiltrasi, dengan dampak yang telah meluas ke ribuan perusahaan.
Menghadapi situasi ini, para ahli menyarankan perusahaan, terutama perusahaan rintisan, untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam meningkatkan perlindungan keamanan. Ini termasuk segera menunjuk Chief Information Security Officer (CISO) dan merumuskan strategi keamanan yang komprehensif. Saran kunci lainnya adalah mengelola dan memelihara data pelanggan dengan baik di lingkungan pelanggan untuk meminimalkan risiko kebocoran data.
Para ahli menekankan bahwa perusahaan tidak seharusnya menunggu sampai masalah terjadi untuk mengambil tindakan, tetapi harus secara proaktif mencegah dan menghindari akumulasi 'hutang keamanan'. Seiring dengan perkembangan teknologi AI yang terus menerus, perusahaan perlu menemukan keseimbangan antara inovasi dan keamanan, memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak mengorbankan keamanan data.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
13 Suka
Hadiah
13
6
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
GhostAddressHunter
· 15jam yang lalu
Bermain blockchain selama beberapa tahun, setiap hari melihat celah.
Dengan penerapan teknologi kecerdasan buatan yang luas di perusahaan, para ahli keamanan siber semakin khawatir tentang risiko potensial yang mungkin ditimbulkan oleh integrasi AI. Seorang ahli keamanan siber terkemuka baru-baru ini memberikan peringatan, menunjukkan bahwa pengenalan AI secara tidak langsung memperluas Attack Surface perusahaan, terutama ada risiko dalam identifikasi.
Baru-baru ini, beberapa insiden kebocoran data yang mencolok menyoroti seriusnya masalah ini. Misalnya, beberapa perusahaan mengalami kebocoran token yang menyebabkan aliran data sensitif, dan masih ada kasus di mana penyerang menggunakan alat AI untuk mencuri kredensial pengembang. Yang lebih mengkhawatirkan adalah, meskipun tingkat adopsi AI saat ini relatif rendah, setiap minggu ada penyerang yang memanfaatkan teknologi berbasis prompt dan agen AI untuk melakukan infiltrasi, dengan dampak yang telah meluas ke ribuan perusahaan.
Menghadapi situasi ini, para ahli menyarankan perusahaan, terutama perusahaan rintisan, untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam meningkatkan perlindungan keamanan. Ini termasuk segera menunjuk Chief Information Security Officer (CISO) dan merumuskan strategi keamanan yang komprehensif. Saran kunci lainnya adalah mengelola dan memelihara data pelanggan dengan baik di lingkungan pelanggan untuk meminimalkan risiko kebocoran data.
Para ahli menekankan bahwa perusahaan tidak seharusnya menunggu sampai masalah terjadi untuk mengambil tindakan, tetapi harus secara proaktif mencegah dan menghindari akumulasi 'hutang keamanan'. Seiring dengan perkembangan teknologi AI yang terus menerus, perusahaan perlu menemukan keseimbangan antara inovasi dan keamanan, memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak mengorbankan keamanan data.