Baru-baru ini, Rektor Universitas Stanford Jonathan Levin mengungkapkan pandangannya tentang pidato Ketua The Federal Reserve (FED) Jerome Powell di Konferensi Tahunan Bank Sentral Global di Jackson Hole. Levin percaya bahwa pasar mungkin terlalu optimis dalam menafsirkan pidato Powell sebagai dovish.
Pidato Powell memicu reaksi kuat di pasar keuangan, saham AS langsung mencetak rekor tertinggi baru, dan para investor umumnya percaya bahwa ini menandakan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September. Namun, Levin dalam komentarnya yang terbaru menunjukkan bahwa dengan menganalisis konten pidato Powell secara cermat, kita akan menemukan bahwa inti pesannya bukanlah pelonggaran kebijakan moneter secara tanpa syarat, melainkan mempertimbangkan dengan hati-hati risiko ganda dari lemahnya pasar tenaga kerja dan inflasi yang tinggi dalam lingkungan ekonomi yang kompleks saat ini.
Levin menekankan bahwa euforia pasar tampaknya mengabaikan detail kunci dalam pidato Powell. Ia menunjukkan bahwa jika The Federal Reserve (FED) benar-benar memutuskan untuk menurunkan suku bunga, itu kemungkinan besar karena ekonomi menghadapi masalah serius yang memaksa Bank Sentral untuk mengambil tindakan, bukan semata-mata karena inflasi yang mereda. Makna mendalam ini diabaikan dalam reaksi awal pasar.
Selain itu, Levin juga menyebutkan bahwa Powell mengakui para pembuat kebijakan menghadapi tugas yang sulit: mencari keseimbangan antara mendorong pekerjaan penuh dan mempertahankan stabilitas harga. Dilema kebijakan ini berarti jalur penurunan suku bunga di masa depan mungkin lebih lambat dan tidak pasti daripada yang diperkirakan pasar.
Levin meninjau situasi ketika laju inflasi melesat hingga 9,1% di tahun 2022, ketika tujuan The Federal Reserve (FED) sangat jelas, dan kebijakan relatif mudah untuk mencapai konsensus. Namun, kondisi ekonomi saat ini jauh lebih kompleks, dan tingkat kesulitan pengambilan keputusan meningkat secara signifikan.
Secara keseluruhan, analisis Levin mengingatkan investor dan peserta pasar untuk tidak terlalu menginterpretasikan pidato Powell, arah kebijakan The Federal Reserve (FED) masih memiliki banyak variabel. Dalam kondisi ekonomi saat ini, The Federal Reserve (FED) perlu menyeimbangkan dengan hati-hati antara berbagai tujuan, dan jalur kebijakan moneter di masa depan mungkin lebih kompleks daripada yang diperkirakan pasar.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
9 Suka
Hadiah
9
5
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
BearEatsAll
· 8jam yang lalu
bull run akan segera berakhir
Lihat AsliBalas0
GweiObserver
· 09-01 15:51
Penurunan suku bunga sebelumnya tidak mungkin
Lihat AsliBalas0
OnchainGossiper
· 09-01 15:51
Penurunan suku bunga terlalu optimis
Lihat AsliBalas0
AirdropHarvester
· 09-01 15:30
Pasar lagi serakah ya
Lihat AsliBalas0
ForkLibertarian
· 09-01 15:27
Penurunan suku bunga hanyalah awal dari buah pahit
Baru-baru ini, Rektor Universitas Stanford Jonathan Levin mengungkapkan pandangannya tentang pidato Ketua The Federal Reserve (FED) Jerome Powell di Konferensi Tahunan Bank Sentral Global di Jackson Hole. Levin percaya bahwa pasar mungkin terlalu optimis dalam menafsirkan pidato Powell sebagai dovish.
Pidato Powell memicu reaksi kuat di pasar keuangan, saham AS langsung mencetak rekor tertinggi baru, dan para investor umumnya percaya bahwa ini menandakan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September. Namun, Levin dalam komentarnya yang terbaru menunjukkan bahwa dengan menganalisis konten pidato Powell secara cermat, kita akan menemukan bahwa inti pesannya bukanlah pelonggaran kebijakan moneter secara tanpa syarat, melainkan mempertimbangkan dengan hati-hati risiko ganda dari lemahnya pasar tenaga kerja dan inflasi yang tinggi dalam lingkungan ekonomi yang kompleks saat ini.
Levin menekankan bahwa euforia pasar tampaknya mengabaikan detail kunci dalam pidato Powell. Ia menunjukkan bahwa jika The Federal Reserve (FED) benar-benar memutuskan untuk menurunkan suku bunga, itu kemungkinan besar karena ekonomi menghadapi masalah serius yang memaksa Bank Sentral untuk mengambil tindakan, bukan semata-mata karena inflasi yang mereda. Makna mendalam ini diabaikan dalam reaksi awal pasar.
Selain itu, Levin juga menyebutkan bahwa Powell mengakui para pembuat kebijakan menghadapi tugas yang sulit: mencari keseimbangan antara mendorong pekerjaan penuh dan mempertahankan stabilitas harga. Dilema kebijakan ini berarti jalur penurunan suku bunga di masa depan mungkin lebih lambat dan tidak pasti daripada yang diperkirakan pasar.
Levin meninjau situasi ketika laju inflasi melesat hingga 9,1% di tahun 2022, ketika tujuan The Federal Reserve (FED) sangat jelas, dan kebijakan relatif mudah untuk mencapai konsensus. Namun, kondisi ekonomi saat ini jauh lebih kompleks, dan tingkat kesulitan pengambilan keputusan meningkat secara signifikan.
Secara keseluruhan, analisis Levin mengingatkan investor dan peserta pasar untuk tidak terlalu menginterpretasikan pidato Powell, arah kebijakan The Federal Reserve (FED) masih memiliki banyak variabel. Dalam kondisi ekonomi saat ini, The Federal Reserve (FED) perlu menyeimbangkan dengan hati-hati antara berbagai tujuan, dan jalur kebijakan moneter di masa depan mungkin lebih kompleks daripada yang diperkirakan pasar.