Rusia Menargetkan Tether Saat Aturan Kripto Baru Senilai $10 Miliar Mengancam Stablecoin

Seiring Rusia memperketat kendalinya atas aset digital, perubahan regulasi yang akan datang menimbulkan tanda bahaya bagi stablecoin seperti Tether (USDT). Aturan baru, yang diperkenalkan oleh Bank Sentral Rusia (CBR), bertujuan untuk membatasi aset digital asing masuk ke pasar Rusia—terutama yang dapat dibekukan atau disensor oleh penerbit asing. Menurut otoritas Rusia, hak digital asing (FDRs)—token yang diterbitkan di luar Rusia—harus memenuhi standar kepatuhan yang ketat untuk dapat diperdagangkan secara legal di negara itu mulai 26 Mei.

Aturan Crypto Baru Dapat Membekukan Tether Bank Sentral telah menjelaskan: FDR tidak boleh terkait dengan sekuritas dari negara "tidak bersahabat" dan tidak boleh menawarkan jalur apapun menuju cryptocurrency yang saat ini dilarang di Rusia. Yang lebih penting, Bank Sentral menekankan bahwa: "Ketentuan penerbitan tidak boleh menyiratkan kemungkinan pemblokiran aset oleh penerbit, agen pembayaran, atau entitas yang mengendalikan."

Klausul itu, kata para ahli, secara langsung menargetkan Tether, stablecoin yang paling banyak digunakan di dunia.

Peran Tether yang semakin berkembang di Rusia menarik perhatian Sejak 2022, pasar aset digital Rusia telah membengkak menjadi $10 miliar dalam nilai yang diperkirakan, sebagian besar didorong oleh penggunaan lintas batas USDT. Menurut Kristina Aleshina dari Bank Sentral, lebih dari 800 miliar rubel ($9,9 miliar) telah berhasil dihimpun melalui aset keuangan digital yang ter-tokenisasi (DFA ) di Rusia. Namun, di bawah aturan baru, kemampuan Tether untuk membekukan dana pengguna dan menegakkan kepatuhan terhadap sanksi dapat menghalanginya untuk diakui sebagai aset yang sah di Rusia. Ini sangat relevan setelah Tether membekukan aset senilai 2,5 miliar rubel yang disimpan di dompet di Garantex, sebuah bursa kripto Rusia yang dikenakan sanksi oleh Departemen Keuangan AS.

Analis: Penindasan Akan Mendorong Pengguna ke Alternatif Terdesentralisasi Para ahli hukum memperingatkan bahwa dorongan CBR untuk membatasi akses FDR kepada "investor yang memenuhi syarat" adalah langkah lain menuju pengetatan kontrol kripto. Namun, beberapa berpendapat bahwa bank tidak berdaya untuk sepenuhnya menghentikan transaksi peer-to-peer atau penggunaan stablecoin terdesentralisasi seperti DAI. “Jika tekanan meningkat, pengguna akan beralih ke opsi terdesentralisasi,” kata Ignat Likhunov, pendiri firma hukum kripto Cartesius.

Sentralisasi Tether tetap menjadi titik masalah. Pengguna harus mematuhi verifikasi KYC di bawah aturan sanksi yang selaras dengan AS. Kegagalan untuk memverifikasi dapat mengakibatkan dana dibekukan, dan Tether Limited dapat memblokir token atas kebijakannya sendiri, tambah Likhunov.

Rusia Mengincar Stablecoin Sendiri di Tengah Ketegangan Global Ketergantungan Rusia pada Tether untuk lebih dari 80% pembayaran lintas batas menempatkan negara itu dalam kesulitan. Sementara pemerintah menginginkan kontrol yang lebih ketat, pasar masih sangat bergantung pada USDT. Beberapa pejabat kini mempertimbangkan stablecoin yang diterbitkan Rusia, yang dipatok pada mata uang fiat alternatif, untuk mengurangi ketergantungan pada infrastruktur keuangan Barat. Dengan sanksi yang semakin ketat dan keuangan digital yang berkembang, bentrokan antara regulasi negara dan aset digital yang terdesentralisasi menjadi medan pertempuran kunci untuk masa depan kripto Rusia.

#Stablecoins , #Tether , #cryptoregulation , #CBDC , #CryptoCommunity Tetap satu langkah di depan – ikuti profil kami dan tetap terinformasi tentang segala hal penting di dunia cryptocurrency! Pemberitahuan: ,,Informasi dan pandangan yang disajikan dalam artikel ini dimaksudkan semata-mata untuk tujuan pendidikan dan tidak boleh dianggap sebagai saran investasi dalam situasi apa pun. Isi halaman-halaman ini tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau bentuk saran lainnya. Kami memperingatkan bahwa berinvestasi dalam cryptocurrency bisa berisiko dan dapat menyebabkan kerugian finansial."